My Info

.: SELAMAT DATANG :.

Terimakasih sudah berkunjung disini, Saya berharap semoga artikel di Blog ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita.

Catatan Pesan :

"Aku tidak pernah tahu hari akhir yang akan ditetapkan untukku, maka kujadikan hari-hariku seluruhnya layaknya hari terakhir, karena bisa saja dan pasti datangnya diantara hari-hariku nanti ada yang menjadi hari terakhir bagiku..."

Yan Sofyanz

    -

11 Juni 2015

Al-Quran Digital Terbaru untuk PC dan Android

Download Al-Quran Digital Terbaru untuk PC dan Android
Al-Quran Digital berisi:

  • Teks Mushaf Al-Quran Madinah
  • Terjemah makna dalam bahasa Indonesia, inggris, dll
  • Tafsir Jalalain (bhs. Indonesia), Ibnu Katsir, At-Thobari, I'rob Al-Quran, dll
  • Murattal imam-imam dunia (Imam Sudais, Mishari Rashid, Al-Ghomidi, dll)
  • Tersedia perangkat untuk hafalan Quran sehingga memudahkan untuk menghafal
  • Dan Masih banyak lagi
Link Download :
Semoga bermanfaat...
read more

17 April 2015

Kepada Hati Ini

Duhai hati..

Letih yang engkau rasakan selama ini mungkin tak sebanding dengan letihnya hati mereka dalam menapaki kehidupan ini. Di dalam keletihan itu, mereka memahami bahwa letihnya mereka akan membuat mereka menjadi orang-orang seperti yang dicitakan. Lalu bagaimana denganmu wahai hatiku.. Baru sebentar saja engkau merasa letih tapi kau sudah merintih bagai seribu tahun kau mengalaminya.. Malulah pada mereka yang merasa letih tetapi mereka memaknai letihnya sebagai sesuatu yang dapat mengantarkannya pada sebuah kebahagiaan.. Bukankah orang yang berjuang dan berkorban itu letih? Bukankah akhir dari perjalanan orang yang berjuang dan berkorban itu sebuah kebahagiaan jika dijalani dengan ikhlas dan penuh kesungguhan??

Duhai hati..

Lelah memang terus menerus hal-hal kurang mengenakkan itu menerpa hidupmu. Tetapi jika kau renungi kembali kisah di atas, perjuangan mereka tidak mengenal lelah. Setiap lelah menghinggapi mereka, mereka beristirahat dan kemudian bangkit berjuang kembali. Mereka paham kalau diamnya mereka tak dapat membuahkan hasil apapun bagi kehidupannya. Mereka yakin perjuangan dan pengorbanannya selama ini, berlelah-lelahan, akan berbuah sebuah kebahagiaan yang tak dapat tergantikan nikmatnya. Lalu bagaimana denganmu wahai hatiku.. Baru sebentar saja kau diberi cobaan dan ujian tapi kau sudah merasa lelah dan menyerah.. Malulah kau pada mereka yang tak punya apa-apa tapi mereka tetap istiqamah berjuang dan berkorban hingga cita-cita mereka tercapai.. Bukankah orang yang berjuang dan berkorban itu lelah? Bukankah akhir dari kelelahan orang yang berjuang dan berkorban itu sebuah kebahagiaan jika dijalani dengan ikhlas dan penuh kesungguhan??

Duhai hati..

Sakit yang terus menyapamu selama ini adalah ujian dan cobaan dari Allah seberapa kokohnya engkau menjalani apa-apa yang engkau yakini atas-Nya. Dia ingin tahu seberapa seriuskah engkau dalam menapaki jalan kehidupan yang sudah Dia gariskan. Sakit yang Dia berikan adalah sebuah perhatian khusus-Nya kepadamu. Dia masih sayang kepadamu dengan memberikan ujian dan cobaan. Andai saja kau tak merasa diuji dan diberi cobaan, maka kau akan merasa aman-aman saja, padahal kau sedang berada di tepian jurang yang menganga lebar dan siap menerkammu kapan saja kau lengah..

Duhai hati..

Capeknya dirimu menghadapi segala permasalahan yang engkau temui di sekitarmu, itulah yang terus mengajarkanmu untuk dapat memahami sekelilingmu dengan lebih baik lagi. Di kananmu ada orang-orang yang engkau sayangi dan kasihi. Di depanmu ada orang-orang yang engkau hormati. Di kirimu ada orang-orang yang engkau senantiasa bercengkerama dengannya. Di belakangmu ada orang-orang yang selalu mendukungmu dalam tiap doanya meski kau tak pernah tahu.

Duhai hati..

Jika tak senang dengan sepatumu yang lusuh, ingatlah mereka yang tak berkaki namun tak mengeluh. Semoga kita selalu dapat mengingatnya duhai hati.. Seberapa letih, lelah, dan sakitnya engkau.. Masih ada orang-orang yang merasakan itu lebih dari kita tetapi mereka tetap tak mengeluh.. Ada saja cara mereka untuk menyemangati diri.. Ada saja sugesti untuk membuat diri mereka semangat.. Ada saja pemikiran positif yang mereka punya hingga mereka tetap bersemangat.. Ada saja cita-cita yang ingin mereka gapai hingga semangat itu tetap terpatri di dada mereka..

Duhai hati..

Tetaplah istiqamah..
Walau itu berat bagimu..
Percayalah kau mampu menjalaninya..
Asalkan kau selalu menyertai Allah dalam segala hal..
Terpautnya kau duhai hatiku pada Sang Khalik..
Akan membuatmu semakin cantik dan tangguh..
Karena kau adalah mutiara di lautan..
Yang akan terus terjaga sampai masa memisahkan..
Duhai hati.. Tetaplah istiqamah..
read more

22 Februari 2015

Kekayaan Tak Selalu Diukur Dari Kemewahan

Banyak orang yang seringkali salah mengartikan tentang Kaya, nyaris 70% orang menilai seseorang kaya atau tidak berdasarkan dari kehidupan glamour yang dipamerkan, punya mobil dan rumah mewah, dan segudang fasilitas mewah lainnya.

Pada umumnya Ada 3 Jenis Orang Kaya:

1. Kaya Harta
Kaya harta adalah orang yang dinilai kaya berdasarkan banyaknya harta yang dia miliki.

2. Kaya Hati
Kaya hati biasanya identik dengan nilai spiritualitas yang ada dalam diri seseorang. Kaya hati sering dikaitkan dengan orang yang sabar, suka menolong meskipun mungkin hidupnya pas-pasan. Pokoknya orang yang kaya hati itu penuh cinta alias mencintai semua orang.

3. Kaya Ilmu
Tentu saja ini ditujukan untuk orang-orang berilmu yang suka membagikan ilmunya kepada orang lain dan menyumbangkan pemikirannya untuk membuat perubahan yang lebih baik.

Pada hakikatnya kekayaan bukanlah melulu tentang uang dan kemewahan tapi juga diukur dari berbagai hal diantaranya sbb:

  • Kebaikan yang Dilakukan
Pernahkah kamu berpikir bahwa kebaikan seseorang mungkin pernah menolong dan menyelamatkanmu? Dia mungkin tidak bisa memberimu segerobak uang, tapi dia bisa membantumu mengatasi kesulitan. Tidakkah menurutmu dia adalah orang yang kaya?

  • Dia Bermanfaat Untuk Orang Lain
Orang yg kaya adalah ketika keberadaannya bermanfaat untuk orang-orang disekitarnya walau ia hanya orang biasa saja. Dia akan langsung mengulurkan tangan jika orang lain terkena musibah. Dia membantu orang-orang disekitarnya baik dengan harta, pemikiran, maupun tenaganya.

  • Kepedulian
Kalau cuma ngomongin orang kaya yang suka hura-hura mah banyak, tapi orang kaya yang peduli terhadap orang lain? Ada, tapi sedikit sekali. Padahal harta kekayaan itu lebih bermanfaat jika dibagikan kepada orang yang lebih membutuhkan dibandingkan untuk hura-hura dan hidup glamour yang hanya sesaat.

  • Martabat dan Harga Diri
Banyak orang yang kaya mendadak hasil dari menjual dirinya. Menjadi kaya memang bagus tapi bukankah menjadi orang kaya yang bermartabat dan punya harga diri? Well, orang memang lebih suka memikirkan bagaimana caranya menjadi kaya agar bisa hidup mewah daripada memikirkan bagaimana caranya menjadi orang bermartabat.

Kesimpulannya adalah kekayaan taklah selalu diukur dari kemewahan, tapi masih ada beberapa parameter lainnya untuk mengukur kekayaan, apakah ia sudah banyak melakukan kebaikan, apakah keberadaannya bermanfaat untuk orang disekitrnya, apakah ia peduli terhadap sesama, dan apakah ia sudah menjaga martabat dan harga dirinya.

Dengan demikian, tidak selalu harta benda yang banyak itu mendatangkan kebahagian, kebaikan dan kesenangan bagi pemiliknya. Kekayaan yang sebenarnya adalah sesuatu yang manusia rasakan dalam hatinya. Hatilah yang menentukan seorang manusia menjadi senang atau sengsara, kaya atau miskin dan bahagia atau sedih. Pangkalnya ada dalam hati.

Semoga Tuhan mengaruniakan kepada kita semua hati yang kaya, hati yang selalu bergantung dan bersandar kepada-Nya.


read more

29 Januari 2015

Siksa hidup di dunia adalah hutang (Salah satu)

Dunia yang kita pijaki saat ini, sebagai Transit Hidup kita di Akhirat tentu memberikan warna warni kehidupan yang mensilaukan mata kita pada saat melihatnya, bayangkan dari zaman indonesia merdeka hingga kita bisa memijakkan kaki di bumi ini tentu sudah mengalami perubahan secara signifikan, dari mulai teknologi, infrastruktur ,
hingga aturan pun telah mengalami perubahan drastis. 

Dengan perubahan seperti itu tentu membuat dampak yang sangat luar biasa hingga mengubah pola hidup serta gaya hidup yang kita jalani, baik sadar ataupun tidak sadar . dengan Perubahan seperti itu membuat pemikiran hidup serta orientasi hidup akan berubah 

Itulah yang sering kita sebut sebagai sebuah Hedonisme, dimana pemikiran itu mengartikan bahwa orientasi hidup,kesuksesan bertolak pada segelintir materi, uang ataupun kesenangan dunia saja.

Jelas, dengan pemikiran tersebut khusunya akan berdampak buruk, terutama terhadap Umat Muslim itu sendiri, Gaya ekonomi yang kapitalis dan liberalis, membuat Semua Manusia difokuskan akan berlomba – lomba mengejar kekayaan tersebut, apapun caranya hingga melanggar aturan – aturan yang telah diatur khususnya di dalam Al – Qur’an dan Assunnah, tentu jelas sehingga kita tidak aneh bahwa demi mengejar itu akhirnya bisa terjerumus dalam riba dan hutang yang ribawi, inilah penyakit terberat umat islam saat ini, dimana dengan perubahan pola pikir tersebut akhirnya memaksa keaadan untuk melakukan praktik ribawi dan hutang ribawa, na’udzubillah.
Akhirnya, Semua orang akan mempercepat menjadi orang “ Kaya “ dengan Berhutang, Bahkan Semua layanan kredit yang tersedia di perbankan ataupun lembaga keuangan digunakan, '

tentu Efek terbesar nya adalah ketika Penghasilan yang dimiliki tidak jauh lebih besar dari pada cicilan Hutang yang ada, akhirnya Semakin membengkaknya bunga denda, Pusingnya di tagih oleh Debt Collector hingga berujung penyitaan Aset dan Semua pengeluaran yang telah dibayarkan untuk mencicil hutang Akhirnya hangus.

Akhirnya karena Masalah “Hutang “ bisa merambat kepada Aspek masalah lainnya. Tak Khayal banyak berita yang sering mengabarkan efek Negatif ketika Memiliki hutang dapat berujung kepada Pembunuhan, dan Efek personal yang dialami nya adalah tingkat stres yang tinggi hingga masuk ke level “ Gila “, Na’audzubillah. 

Perlu diketahui secara mendasar bahwa Rasulullah SAW pernah mencontohkan Kita mengenai hutang,
Bahwa hutang adalah Sesuatu yang terberat bagi kita, dengan begitu seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat Hadits bahwa Rasul pernah berhutang kepada Seorang pedagang Yahudi, itu pun hanya untuk Kebutuhan makan saja, dengan Menjaminkan Baju Besi Milik Rasulullah SAW.

عَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ : ” اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا بِنَسِيئَةٍ ، فَأَعْطَاهُ دِرْعًا لَهُ رَهْنًا ” .

Dari Aisyah ra., sesungguhnya Rasul SAW membeli makanan dari seorang Yahudi secara tangguh, lalu ia memberikan baju besinya kepada pedagang yahudi tersebut sebagai jaminan. (HR. Muslim Kitab Al-Musaqat/No. 3015)

Artinya, Rasulullah SAW senantiasa Mencontohkan kepada kita bahwa Rasulullah hanya berhutang dalam keadaan terdesak dan dalam ruang Lingkup “Kebutuhan hidup” dan itupun menjaminkan Baju Besi nya yang secara Hitungan Nilai, jauh lebih besar nilainya dibanding Hutang yang dimiliki Rasulullah SAW. Namun Jika Kita Bandingkan dengan Zaman yang semakin gemerlap ini, Bahwa Arti sebuah “Kebutuhan “ dan “keinginan” mendekati bahkan nyaris kita tidak bisa memilahnya, dan ditambah pola Pikir Umat islam itu sendiri yang secara tidak sadar digiring ke arah Pola pikir Hedonisme dengan Promosi – promosi digital dan media yang menggiurkan tentu akan memperkuat Ambisi Setiap Orang untuk berhutang.

Padahal, Jika dikembalikan kembali kepada Al Quran, Bahwa Niat Dasar Hutang itu dalam rangka tolong Menolong / “Taawwun” . Namun fakta dilapangan justru Bukan tolong Menolong yang diharapkan terjadi diantara si pemilik hutang dan si pemberi hutang melainkan, Angka – Angka Pasti untung ruginya. Ditambah Bunga yang semakin membengkak, serta Denda yang terus berjalan membuat Kita terpenjarakan oleh Hutang, sedangkan Dalam Al Quran Kita Diperintahkan untuk meringankan kepada yang berhutang untuk memberikan tenggang waktu ataupun mensedekahkannya.
Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. ( Al Baqarah : 280 )

Dengan Hutang ,jika ditimbang dalam Aspek psikologis membuat Tingkat Kerja akan Menurun serta dengan Adanya Hutang, Porsi Kita Berpikir mengenai Hutang akan jauh lebih besar dibanding Memikirkan aktivitas yang lainnya.. Ditambah dengan adanya Hutang dan kita ditagih – tagih Secara terus menerus membuat Diri Kita dan orang Disekitar kita pun ikut terganggu dalam hal psikologis. 

Maka dari itu mari kita pikirkan baik – baik dalam berhutang , pastikan bahwa keputusan kita berhutang memang dalam rangka sesuatu yang sangat dibutuhkan kepentingannya. Serta perlu dilakukan perencanaan keuangan mengenai keputusan tersebut. dan perlu mencari debitur – debitur yang memang menerapkan sistem hutang piutang yang sesuai Al Quran dan Assunnah dimana pada dasar niat berhutang dalam rangka tolong menolong / Taawwun. 

Wallahu’alam bissawab.
Semoga bermanfaat.
read more
Alexa Rank
TopOfBlogs Text Backlink Exchanges My Ping in TotalPing.com Subscribe in Bloglines Add to The Free Dictionary