Dunia yang kita pijaki saat ini, sebagai Transit Hidup kita di Akhirat tentu memberikan warna warni kehidupan yang mensilaukan mata kita pada saat melihatnya, bayangkan dari zaman indonesia merdeka hingga kita bisa memijakkan kaki di bumi ini tentu sudah mengalami perubahan secara signifikan, dari mulai teknologi, infrastruktur ,
hingga aturan pun telah mengalami perubahan drastis.
Dengan perubahan seperti itu tentu membuat dampak yang sangat luar biasa hingga mengubah pola hidup serta gaya hidup yang kita jalani, baik sadar ataupun tidak sadar . dengan Perubahan seperti itu membuat pemikiran hidup serta orientasi hidup akan berubah
Itulah yang sering kita sebut sebagai sebuah Hedonisme, dimana pemikiran itu mengartikan bahwa orientasi hidup,kesuksesan bertolak pada segelintir materi, uang ataupun kesenangan dunia saja.
Jelas, dengan pemikiran tersebut khusunya akan berdampak buruk, terutama terhadap Umat Muslim itu sendiri, Gaya ekonomi yang kapitalis dan liberalis, membuat Semua Manusia difokuskan akan berlomba – lomba mengejar kekayaan tersebut, apapun caranya hingga melanggar aturan – aturan yang telah diatur khususnya di dalam Al – Qur’an dan Assunnah, tentu jelas sehingga kita tidak aneh bahwa demi mengejar itu akhirnya bisa terjerumus dalam riba dan hutang yang ribawi, inilah penyakit terberat umat islam saat ini, dimana dengan perubahan pola pikir tersebut akhirnya memaksa keaadan untuk melakukan praktik ribawi dan hutang ribawa, na’udzubillah.
Akhirnya, Semua orang akan mempercepat menjadi orang “ Kaya “ dengan Berhutang, Bahkan Semua layanan kredit yang tersedia di perbankan ataupun lembaga keuangan digunakan, '
tentu Efek terbesar nya adalah ketika Penghasilan yang dimiliki tidak jauh lebih besar dari pada cicilan Hutang yang ada, akhirnya Semakin membengkaknya bunga denda, Pusingnya di tagih oleh Debt Collector hingga berujung penyitaan Aset dan Semua pengeluaran yang telah dibayarkan untuk mencicil hutang Akhirnya hangus.
Akhirnya karena Masalah “Hutang “ bisa merambat kepada Aspek masalah lainnya. Tak Khayal banyak berita yang sering mengabarkan efek Negatif ketika Memiliki hutang dapat berujung kepada Pembunuhan, dan Efek personal yang dialami nya adalah tingkat stres yang tinggi hingga masuk ke level “ Gila “, Na’audzubillah.
Perlu diketahui secara mendasar bahwa Rasulullah SAW pernah mencontohkan Kita mengenai hutang,
Bahwa hutang adalah Sesuatu yang terberat bagi kita, dengan begitu seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat Hadits bahwa Rasul pernah berhutang kepada Seorang pedagang Yahudi, itu pun hanya untuk Kebutuhan makan saja, dengan Menjaminkan Baju Besi Milik Rasulullah SAW.
عَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ : ” اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا بِنَسِيئَةٍ ، فَأَعْطَاهُ دِرْعًا لَهُ رَهْنًا ” .
Dari Aisyah ra., sesungguhnya Rasul SAW membeli makanan dari seorang Yahudi secara tangguh, lalu ia memberikan baju besinya kepada pedagang yahudi tersebut sebagai jaminan. (HR. Muslim Kitab Al-Musaqat/No. 3015)
Artinya, Rasulullah SAW senantiasa Mencontohkan kepada kita bahwa Rasulullah hanya berhutang dalam keadaan terdesak dan dalam ruang Lingkup “Kebutuhan hidup” dan itupun menjaminkan Baju Besi nya yang secara Hitungan Nilai, jauh lebih besar nilainya dibanding Hutang yang dimiliki Rasulullah SAW. Namun Jika Kita Bandingkan dengan Zaman yang semakin gemerlap ini, Bahwa Arti sebuah “Kebutuhan “ dan “keinginan” mendekati bahkan nyaris kita tidak bisa memilahnya, dan ditambah pola Pikir Umat islam itu sendiri yang secara tidak sadar digiring ke arah Pola pikir Hedonisme dengan Promosi – promosi digital dan media yang menggiurkan tentu akan memperkuat Ambisi Setiap Orang untuk berhutang.
Padahal, Jika dikembalikan kembali kepada Al Quran, Bahwa Niat Dasar Hutang itu dalam rangka tolong Menolong / “Taawwun” . Namun fakta dilapangan justru Bukan tolong Menolong yang diharapkan terjadi diantara si pemilik hutang dan si pemberi hutang melainkan, Angka – Angka Pasti untung ruginya. Ditambah Bunga yang semakin membengkak, serta Denda yang terus berjalan membuat Kita terpenjarakan oleh Hutang, sedangkan Dalam Al Quran Kita Diperintahkan untuk meringankan kepada yang berhutang untuk memberikan tenggang waktu ataupun mensedekahkannya.
Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. ( Al Baqarah : 280 )
Dengan Hutang ,jika ditimbang dalam Aspek psikologis membuat Tingkat Kerja akan Menurun serta dengan Adanya Hutang, Porsi Kita Berpikir mengenai Hutang akan jauh lebih besar dibanding Memikirkan aktivitas yang lainnya.. Ditambah dengan adanya Hutang dan kita ditagih – tagih Secara terus menerus membuat Diri Kita dan orang Disekitar kita pun ikut terganggu dalam hal psikologis.
Maka dari itu mari kita pikirkan baik – baik dalam berhutang , pastikan bahwa keputusan kita berhutang memang dalam rangka sesuatu yang sangat dibutuhkan kepentingannya. Serta perlu dilakukan perencanaan keuangan mengenai keputusan tersebut. dan perlu mencari debitur – debitur yang memang menerapkan sistem hutang piutang yang sesuai Al Quran dan Assunnah dimana pada dasar niat berhutang dalam rangka tolong menolong / Taawwun.
Wallahu’alam bissawab.
Semoga bermanfaat.