Bertanya diam kepada sepi kemana riuh yang membahana, yang telah menyisakan sedikit gelap pada jejak langkahnya yang membeku disisi ruang waktu.
Potret hidup perlahan menyisakan hitam dan putih saja, sebuah potret senyum dan tawa seadanya.
Sekarang kaku dan dinginlah yang begitu kokohnya membungkus nuansa hangat sinar mentari di ufuk senja, lalu perlahan lenyap berganti gelap, mengantarkan diri mengarungi malam yang panjang, biarkan mata tetap terjaga, karena mimpi akan sangat menyakitkan bila kembali terbangun, tetap akan terjaga hingga mentari sudi terbit kembali.
Waktu benar-benar telah berhenti dititik ini, sebuah tempat yang tak dikenal, membiarkan diri tersesat, dan biarlah tersesat. Telah bosan mungkin berlari sepanjang waktu, telah muak mungkin berteriak setiap saat. Lalu terbaring kaku, dan mengukir senyum... biasa saja.