My Info

.: SELAMAT DATANG :.

Terimakasih sudah berkunjung disini, Saya berharap semoga artikel di Blog ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita.

Catatan Pesan :

"Aku tidak pernah tahu hari akhir yang akan ditetapkan untukku, maka kujadikan hari-hariku seluruhnya layaknya hari terakhir, karena bisa saja dan pasti datangnya diantara hari-hariku nanti ada yang menjadi hari terakhir bagiku..."

Yan Sofyanz

    -

03 Desember 2010

Kisah Pertapa Muda dan Seekor Kepiting


S
uatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa  muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai.
Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian  pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar  tidak beraturan.
Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera  melihat ke arah tepi sungai dimana sumber suara tadi berasal.
Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras  mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga  tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.
Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera  mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat  tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa  muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi  hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.
Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama  bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang  sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami  kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan  tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi  membantunya.
Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus  lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya  makin membengkak karena jepitan capit kepiting.
Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang  menghampiri dan menegur si pertapa muda, “Anak muda, perbuatanmu  menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi  menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu  hingga sobek seperti itu?”
“Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang  benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka,  saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa  menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,”  jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih  sikap belas kasihnya dengan baik.
Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut  sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang  terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap  ranting itu dengan capitnya. “Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan  sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan  kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk  lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri.  Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan?”
Seketika itu, si pemuda tersadar. “Terima kasih, Paman. Hari ini  saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai  dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat  kebijaksanaan yang Paman ajarkan.”

Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada  anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan  yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi  bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar  berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.
Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan  itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu,  tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita  yang membantu.

Baca Artikel Menarik Lainnya di :: Sekedar Berbagi Rasa ::

Artikel Kisah Pertapa Muda dan Seekor Kepiting Dipublikasikan pada hari Jumat, Desember 03, 2010. Semoga Tulisan ini dapat memberi manfaat dan menambah Wawasan Kita semua. Terimakasih telah berkunjung di Blog ini serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jazakumullahu khoiron.


Next Prev home
Alexa Rank
TopOfBlogs Text Backlink Exchanges My Ping in TotalPing.com Subscribe in Bloglines Add to The Free Dictionary