Kisah ini berawal ketika suatu hari di tahun 1980 an, seorang tukang gorengan yang sedang mangkal tiba-tiba dihampiri seorang anak kecil. Anak tersebut langsung mengambil posisi berdiri di sisi kanan gerobak dengan kaki kiri sedikit diangkat dan ditempelkan pada kaki kanan serta menggigit jari telunjuk kanannya. Tanpa berkata-kata dengan posisi tersebut, anak itu terus menatap ke arah gerobak.
Melihat hal itu, tukang gorengan tetap tidak bereaksi dan berkata apapun, meski kejadian ini terus berulang sampai hari ketiga dengan posisi berdiri dan gaya yang sama.
Pada hari keempat tukang gorengan mulai berfikir dan ada perasaan kasihan pada anak itu, “Sepertinya dia akan datang lagi hari ini.” Maka buntut singkong yang biasanya dibuang, kali ini digoreng dan disiapkan untuk diberikan nanti.
Benar saja anak itu datang lagi, lalu diberikannya buntut singkong yang sudah digoreng tadi. Betapa senangnya anak itu sambil tersenyum lebar dan mata yang berbinar-binar dia pun berlari dengan senangnya.
Tukang gorengan hanya bisa menggelengkan kepala melihat reaksi anak itu yang sedemikian senangnya meskipun dia hanya memberikan buntut singkong. Kejadian ini terus berulang sampai empat hari berturut-turut hingga akhirnya anak itu tidak datang lagi.
Dua puluh empat tahun kemudian, masih dengan gerobak yang sama dan tempat mangkal yang sama, seorang pemuda berumur sekitar 30 tahun mendatangi gerobak tersebut. “Ada buntut singkong pak?” tanya pemuda itu.
Tukang gorengan terpana sejenak dengan pertanyaan itu. “Enggak ada” sahutnya, “Buntut singkong mah enggak enak pahit, makanya enggak dijual. Cari yang lain saja!” lanjutnya.
Pemuda itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala menolak tawaran tersebut.”Bapak masih kenal saya?” tanyanya. Tukang gorengan memandangi pemuda itu cukup lama, berusaha mengenalinya dan balik bertanya “Sepertinya kenal tapi siapa ya?”
Sambil terus tersenyum, pemuda itu berkata “Sebentar pak, saya akan peragakan sesuatu, pasti bapak kenal saya.” Lalu pemuda itu memperagakan posisi berdiri setengah kaki dengan menggigit jari telunjuk kanannya, persis seperti yang dia lakukan dua puluh empat tahun yang lalu.
“Oh rupanya kamu anak kecil yang dulu saya kasih buntut singkong ya?” ujarnya. “Betul sekali pak” jawab pemuda itu. “Maaf ya, bapak dulu hanya kasih kamu buntut singkong” kata tukang gorengan sedikit menahan malu. “Enggak pak, justru dulu Bapak sudah memberikan kebahagiaan untuk saya” sanggah pemuda itu.
Dengan sedikit berkaca-kaca, pemuda itu lalu bercerita.”Dulu waktu saya datang ke gerobak Bapak, baru beberapa hari ayah saya meninggal. Saya tidak lagi punya uang jajan seperti dulu sedangkan kawan-kawan saya tidak mau menemani bermain hanya karena tidak punya uang jajan. Saya lalu mendatangi beberapa warung tapi malah diusir.”
“Ketika mendatangi gerobak Bapak, saya tidak diusir tapi tidak ditegur dan tidak diberi apa-apa. Saya pantang menyerah sampai akhirnya dikasih buntut singkong itu.”
Pemuda itu melanjutkan ceritanya bahwa dia senang sekali karena bisa bergabung kembali dengan teman-temannya dan menunjukkan jajanannya. Padahal dia hanya berpura-pura dengan cara kedua tangannya seolah-olah menggenggam satu singkong utuh dan hanya ujungnya atau buntut singkong yang menyembul ke atas.
“Jadi begitu ceritanya pak...” kata pemuda itu seraya menjelaskan bahwa beberapa hari kemudian dia tidak lagi mendatangi gerobaknya karena diajak ibunya pindah rumah.
Tiba-tiba dengan air mata yang berlinang, pemuda itu berkata “Pak... saya mau berterima kaih sama Bapak, saya mau membayar empat buntut singkong itu. Bulan depan kebetulan saya mau umroh..., saya mau Bapak juga ikut umroh ke tanah suci.”
“Umrah?” tukang gorengan menatap dengan penuh keheranan dan tidak percaya. Bagaimana mungkin perbuatan kecil yang dia lakukan beberapa tahun yang lalu dan sudah dilupakan kejadiannya, tiba-tiba kini berbuah tawaran untuk berumroh.
Allah Maha Besar, tidak ada yang tidak mungkin, janji Allah itu pasti. Allah tidak akan membiarkan berlalu begitu saja kebaikan yang kita lakukan sekecil apapun, sebagaimana firman Nya dalam Qs. Az Zalzalah : 7 “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.”
Bahkan tak jarang Allah melipatgandakan balasan kebaikan yang kita lakukan, perhatikan petikan ayat berikut ini :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al Baqarah:261).
Semoga kisah ini dapat menginspirasi saya dan kita semua untuk selalu menebarkan kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain, sedikit sedekah atau kebaikan yang kita berikan bisa jadi sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan.
Semoga Bermanfaat.
Sumber : Kisah Nyata.
Sebagaimana yang dikisahkan oleh Ustd. Yusuf Mansyur dalam bukunya
“Miracle of Giving, Keajaiban Sedekah”.