Penulis : Al Ustadz Abu Abdillah Muhammad Sarbini |
Apakah benar tidak ada bacaan khusus sebelum takbir (bacaan ushalli)? الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ Memang benar demikian, bahkan hal itu merupakan bid’ah yang diada-adakan dalam agama yang sempurna ini. Sebagaimana diterangkan para ulama berdasarkan dalil-dalil Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman yang benar yang diwarisi dari para shahabat (as-salaf ash-shalih) ridhwanullahi alaihim ajma’in. 1. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata dalam Asy-Syarhul Mumti’ (2/285): “Ketahuilah bahwa niat itu tempatnya di qalbu (hati), oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى “Sesungguhnya amalan-amalan itu dikerjakan dengan niat, dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan.” (Muttafaqun ‘alaih, dari shahabat ‘Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu) Maka niat itu bukan amalan anggota tubuh 1, oleh karena itu kami mengatakan bahwa melafadzkan niat adalah bid’ah. Tidak disunnahkan bagi seseorang jika hendak melaksanakan suatu ibadah 2 untuk mengucapkan: اللَّهُمَّ نَوَيْتُ كَذَا أَوْ أَرَدْتُ كَذَا“Ya Allah tuhanku, aku berniat untuk…” atau “aku bermaksud untuk…”, baik secara jahr (keras) maupun sirr (pelan), karena hal ini tidak pernah dinukilkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Allah mengetahui apa yang ada dalam qalbu setiap orang. Maka engkau tidak perlu mengucapkan niatmu karena niat itu bukan dzikir sehingga (harus) diucapkan dengan lisan. Dia hanyalah suatu niat yang tempatnya di hati. Dan tidak ada perbedaan dalam hal ini antara ibadah haji dan yang lainnya. Bahkan dalam ibadah haji pun seseorang tidak disunnahkan untuk mengatakan: اللَّهُمَّ إِنِّيْ نَوَيْتُ الْعُمْرَةَ أَوْ نَوَيْتُ الْحَجَّ “Ya Allah, aku berniat untuk umrah atau aku berniat untuk haji.” Namun dia mengucapkan talbiyah sesuai dengan yang dia niatkan. Dan talbiyah bukanlah merupakan pengkabaran niat karena talbiyah mengandung jawaban terhadap panggilan Allah. Maka talbiyah itu sendiri merupakan dzikir dan bukan pengkabaran tentang apa yang diniatkan di dalam hati. Oleh karena itu seseorang mengucapkan: لَبَّيْكَ عُمْرَةً أَوْ لَبَّيْكَ حَجًّا “(Ya Allah), aku memenuhi panggilan-Mu untuk menunaikan umrah” atau “(Ya Allah) aku memenuhi panggilan-Mu untuk menunaikan haji.” 2. Syaikh kami Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah berkata dalam Ijabatus Sail (hal. 27): “Melafadzkan niat merupakan bid’ah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: قُلْ أَتُعَلِّمُوْنَ اللهَ بِدِيْنِكُمْ “Katakanlah (wahai Nabi), apakah kalian hendak mengajari Allah tentang agama (amalan) kalian?” (Al-Hujurat: 16) Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajari a’rabi (seorang Arab dusun) yang tidak benar cara shalatnya dengan sabdanya: إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ “Jika kamu bangkit (berdiri) untuk shalat maka bertakbirlah (yakni takbiratul ihram, pen).” (Muttafaqun ‘alaih dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu) Jadi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengatakan kepadanya: “Ucapkanlah: Aku berniat untuk…”3 Dan niat itu tempatnya di hati, berdasarkan hadits: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ “Sesungguhnya amalan-amalan itu dikerjakan dengan niat.” (Muttafaqun ‘alaih, dari shahabat ‘Umar ibnul Khaththab radhiallahu 'anhu) Maka merupakan suatu kekeliruan jika dikatakan bahwa dalam kitab Al-Umm4 ada penyebutan melafadzkan niat. Tidak ada dalam kitab Al-Umm penyebutan tersebut. Dan melafadzkan niat tidak ada sama sekali dalam ibadah apapun dalam agama ini. Adapun talbiyah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: (لَبَّيْكَ حَجًّا), maka ada 2 kemungkinan: 1. Kata (حَجًّا) manshub5 sebagai mashdar (maf’ul muthlaq) yaitu (لَبَّيْكَ أَحُجُّ حَجًّا) “(Ya Allah), aku menjawab panggilan-Mu untuk menunaikan haji.” 2. Kata (حَجًّا) manshub sebagai maf’ul dari fi’il (نَوَيْتُ) yaitu (لَبَّيْكَ نَوَيْتُ حَجًّا) “(Ya Allah), aku menjawab panggilanmu, aku berniat untuk haji.” Namun ibadah ini (yaitu talbiyah) disamakan dengan ibadah-ibadah lainnya, maka kemungkinan yang pertama yang benar.6 3. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata (Zadul Ma’ad, 1/201): “Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam jika hendak melaksanakan shalat beliau mengatakan (اللهُ أَكْبَرُ), dan beliau tidak mengucapkan sesuatu sebelumnya. Dan tidaklah beliau melafadzkan niat sama sekali dan tidak pula mengatakan: أُصَلِّي لِلَّهِ صَلاَةَ كَذَا مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ إِمَاماً أَوْ مَأْمُوْمًا “Aku berniat shalat ini (dzuhur misalnya, pen) menghadap kiblat, empat rakaat, sebagai imam,” atau “sebagai makmum.” Dan beliau tidak mengatakan:( أَدَاءً)7 atau (قَضَاءً)8, tidak pula (فَرْضَ الْوَقْتِ)9. Ini adalah 10 bid’ah10, tidak seorangpun yang menukilkannya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam baik dengan sanad yang shahih, atau dha’if (lemah), atau musnad (sanad yang bersambung) atau mursal (terputus sanadnya), satu lafadz pun dari lafadz-lafadz itu. Bahkan tidak juga dari seorang shahabat sekalipun. Dan tidak seorang tabi’in pun yang menganggapnya baik, dan tidak pula dari kalangan imam yang empat (Abu Hanifah, Al-Imam Malik, Al-Imam Asy-Syafi’i dan Al-Imam Ahmad, pen). Hanya saja sebagian orang dari kalangan mutaakhirin (orang-orang yang belakangan, pen) salah memahami perkataan Al-Imam Asy-Syafi’i tentang shalat bahwa: ‘Shalat itu tidak sama dengan puasa, maka tidaklah seseorang mengawali shalatnya kecuali dengan dzikir,’ maka orang ini menyangka bahwa yang dimaksud adalah melafadzkan niat untuk shalat. Padahal yang dimaksud oleh Al-Imam Asy-Syafi’i adalah takbiratul ihram, bukan yang lainnya.” Wallahu a’lam. |
Labels
Popular
Arsip
-
▼
2010
(129)
-
▼
Agustus
(49)
- Buat Anak-Anakku
- Sebuah Misteri
- Akulah penyair lara
- Jelmakan aku dalam kebiruan anganmu
- Perayaan Maulid Rasulullah dalam sorotan Islam
- Waktu
- Buat Kita Yang Masih Punya Rasa Cinta
- Datang dan Pergi
- Mata Bisa Jadi Ucapan Kita
- Marhaban Ya Ramadhan
- Doa-Doa Sehari-Hari
- Catatan Yang Nyaris Terbuang
- Kedengkian
- Kepada Cahaya Hidup
- "Kan kujaga sebentuk hati mudah-mudahan tidak beru...
- Buat Anak ku
- Asmaul Husna
- Ketahuilah
- Izinkan Aku Masuk ke Surga-Mu
- WAYAH ESUK PEDUT ANGENDANU
- Udan Wayah Sore
- Kau
- Mengenal Mirza Ghulam Ahmad (Pendiri Jamaah Ahmadi...
- Bacaan Ushalli (Niat) dalam Shalat
- SESUDAH ASAR; Tanda-Tanda Dekat Dengan Kematian (A...
- Tersesat Di Surga
- Menghormati Ibu Kita Juga Menghormati Allah
- Mutiara Kata (Khalil Gibran)
- Cinta Nan Agung
- Waktu
- AKU bicara perihal Cinta
- Persahabatan
- 10 Macam Pikiran Negatif Yang Perusak
- Sang Khalil Gibran
- Sang Khalil Gibran (II)
- Cinta Sang Gibran (III)
- Sang Khalil Gibran (IV)
- Sang Khalil Gibran (VI)
- Buat Ayah dan Ibu Tercinta
- Buat Istriku
- Sepotong Tulang Rusuk Untuk Ku
- Kerendahan Hati
- Do’a
- KAMPANYE NASIONAL : “ANAK MUDA INDONESIA : JANGAN ...
- Semua akan indah pada waktunya
- Pada Malam Kugantung Segala Rasa...
- Semoga Masih Ada Harap Disana
- Kesedihanku
- Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
-
▼
Agustus
(49)
17 Agustus 2010
» Home »
Seputar Islam
» Bacaan Ushalli (Niat) dalam Shalat
Bacaan Ushalli (Niat) dalam Shalat
Posted In
Seputar Islam
Pada Hari
Selasa, Agustus 17, 2010
Baca Artikel Menarik Lainnya di :: Sekedar Berbagi Rasa ::
Artikel Bacaan Ushalli (Niat) dalam Shalat Dipublikasikan pada hari Selasa, Agustus 17, 2010. Semoga Tulisan ini dapat memberi manfaat dan menambah Wawasan Kita semua. Terimakasih telah berkunjung di Blog ini serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Jazakumullahu khoiron.
Baca Artikel Terkait :
» Seputar Islam